Kisah Engkong, Penambal Ban Keliling yang Serumah dengan Ayam


Engkong Minggu, seorang kakek tua berumur 77 tahun, sehari-harinya bekerja sebagai tukang tambal ban keliling di daerah Jababeka, Cikarang, Kabupaten Bekasi. Engkong menghabiskan malamnya dengan suara-suara ayam di samping tempat tidurnya karena dia tinggal seatap dengan ayam-ayam tersebut.

Tanpa kenal lelah, engkong masih sanggup berkeliling dengan sepeda tua, sebuah pompa ban, dan beberapa perlengkapan tambal ban yang sederhana yang ia masukkan dalam kotak merah bertuliskan samar-samar “TAMBAL BAN”.

Karena sering merasa sakit pada kakinya, engkong sudah tidak lagi kuat mengayuh sepedanya sehingga engkong berjalan berdampingan dengan sepeda berkeliling dari pagi sampai sore di sekitar bundaran Jababeka.

Setiap hari engkong menunggu pengemudi motor atau sepeda di pinggir jalan untuk memakai jasanya atau mengharapkan sedekah dari kendaraan yang lalu lalang demi menyambung kehidupannya.

Engkong Minggu hanya mendapatkan seribu rupiah untuk setiap ban yang dipompanya bahkan sampai pernah tidak mendapatkan penghasilan sama sekali dalam sehari. Meskipun begitu, engkong masih mengucap syukur dan terus menggunakan kekuatannya dalam menekuni pekerjaannya itu.

Dahulunya, engkong pernah menjadi salah satu montir di perusahaan otomotif swasta besar di Jakarta dan menarik becak. Meskipun sudah sulit berbicara dan mendengar, engkong tetap ramah dan selalu berusaha membantu orang lain.Misalnya meminjamkan uang yang didapatnya kepada orang yang membutuhkannya.

Walaupun engkong pernah ditipu dan mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan, engkong tidak khawatir karena engkong memiliki kemampuan bela diri sejak muda.

Engkong merasa umur bukan menjadi hambatannya dalam mencari nafkah. Semenjak istrinya meninggal, engkong hidup sendiri tanpa mau bergantung pada 5 orang anaknya.

Selain Engkong Minggu, masih banyak lanjut usia (lansia) terlantar yang masih bekerja di masa tua mereka. Sekitar 20 juta lansia diluar sana yang ingin hidup dengan sejahtera tapi tidak mendapatkan perhatian dari keluarga, pemerintah, dan masyarakat (BPS, 2015). Mereka mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarkat, berbangsa, dan bernegara (UU No. 13 Tahun 1998, Pasal 5 Ayat 1).

Saatnya kita peduli! Kita bisa ikut berkontribusi untuk membantu para lansia terlantar di Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan sosial mereka.

Ikuti gerakan #KamiPeduliLansia dari Komunitas Peduli Cikarang atau KPC (komunitaspedulicikarang.blogspot.co.id) sebuah komunitas sosial pemerhati pendidikan anak-anak, lansia terlantar, dan lingkungan.

Cukup unggah foto diri kamu dengan kertas bertuliskan #KamiPeduliLansia di akun Instagram atau Twitter kamu dan tag atau mention ke akun Instagram @komunitas_peduli_cikarang atau akun Twitter @KPeduliCikarang.

Jangan lupa sertakan hashtags #KamiPeduliLansia dan #KomunitasPeduliCikarang. Dengan cara tersebut, kamu telah membantu KPC untuk menyebarluaskan gerakan ini. Selain itu, kamu juga bisa laporkan lansia terlantar yang kamu temui di sekitarmu dengan mengambil foto atau rekam video; unggah ke akun Instagram atau Twitter kamu dengan deskripsi singkat tentang lansia tersebut dan lokasi pengambilan gambar atau video; tag atau mention ke akun Instagram atau Twitter KPC.

Melalui kerjasama dengan komunitas-komunitas sosial lainnya, KPC bertekad membantu para lansia terlantar di Indonesia agar kesejahteraan sosial mereka meningkat. Jika kamu tidak aktif di media sosial namun tetap mau berkontribusi, kamu dapat memberikan sedekah melalui https://kitabisa.com/kamipedulilansia. Sekarang saatnya tunjukan rasa pedulimu terhadap lansia-lansia terlantar di Indonesia melalui #KamiPeduliLansia.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Engkong, Penambal Ban Keliling yang Serumah dengan Ayam"

Posting Komentar