Arnold Waryanto berusaha menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat melalui shalat berjamaah di masjid. |
Banyak sekali di antara kita yang kerap mengeluh ketika tidak kuat menjalani cobaan yang diberikan Tuhan. Padahal, tidak semua cobaan adalah musibah. Bagi mereka yang beriman, ujian merupakan pertanda di mana manusia akan ditingkatkan derajatnya.
Begitulah pengalaman hidup yang pernah dilewati seorang Arnold Waryanto, pengusaha sukses asal Kota Malang ini. Hidup bergelimang kekayaan yang pernah ia alami ternyata tidak kekal dan membawa kebahagiaan, ketika makna hidup yang sesungguhnya tidak dipahami dengan benar.
Arnold adalah pemilik sebuah lembaga pendidikan komputer ternama di Malang. Ia juga seorang pengusaha alat-alat perkantoran yang menyuplai ke berbagai kampus dan instansi pemerintah di berbagai kota di Pulau Jawa.
Di Kota Bunga ini, ia memiliki puluhan pegawai yang menjalankan tokonya di Jalan Jakarta. Kesuksesan yang diraih Arnold saat ini merupakan fase kedua dalam hidupnya, usai bisnisnya yang menawan gulung tikar. Tahun 2003 lalu, ketika bisnisnya sedang berada di puncak kejayaan, Arnold tiba-tiba mendapat cobaan. Semua hartanya amblas setelah toko yang ia kelola dirampok. “Saya mengalami kerugian yang sangat besar saat itu, ” tutur Arnold saat ditemui Surya belum lama ini.
Cobaan tidak berhenti mendera sampai di situ. Ia mendadak juga bangkrut dan merugi hingga miliaran rupiah dalam bisnis investasinya, setelah menjadi salah satu korban penipuan berkedok investasi Pohon Mas. Ketika itu, investasi yang memberikan bunga lebih tinggi dibanding deposito bank ini memang tengah booming di Malang. Tapi pemilik Pomas, Nassa bersaudara tiba-tiba kabur, maka habislah semua uang milik Arnold.
Ayah tiga anak itupun langsung limbung. Ia tak tahu harus berbuat apa ketika itu. Namun dari sinilah titik balik kehidupannya. Ia akhirnya pasrah dan lebih banyak berdzikir dan salat di Masjid Jami’. “Kejadian itu mulai mengubah hidup saya. Sejak saat itu saya lebih rajin menjalankan salat lima waktu di masjid. Saya berdoa dan memohon kepada Allah agar semua yang telah hilang dari saya dikembalikan,” ucap mantan Ketua DPD Apkomindo Malang Raya ini.
Arnold mengingat, sebelum disadarkan lewat berbagai musibah yang dialaminya, dirinya memang jarang salat di masjid. Ia hanya masuk masjid ketika Salat Jumat saja, sedangkan salat fardlu lainnya ia lakukan sekedar untuk menggugurkan kewajiban. Berbekal keikhlasan dan tekun dalam salat itulah, pelan-pelan doa Arnold dikabulkan oleh Tuhan. Usahanya kembali bangkit, bahkan berkembang pesat hingga ke luar kota.
***
Sebelum menjadi seorang jutawan terkenal di kota berhawa sejuk ini, kesuksesan hidup Arnold sesungguhnya tidak diraih dengan jalan yang mudah. Ia memulainya dari bawah dengan menjadi seorang tenaga penjualan (sales) alat-alat komputer di sebuah toko komputer di daerah Malang pada 1990. Gaji yang ia dapat waktu itu hanya Rp 2.000 per hari.
Pekerjaan itu ia kerjakan dengan ulet, hingga akhirnya di tahun yang sama ia menikah. Kariernya lalu berkembang. Ia naik pangkat menjadi seorang manajer di toko itu. Dengan gaji Rp 250.000 perbulan, Arnlod pun mulai menata rumah tangganya. Uang itu ia gunakan untuk membiayai kehidupan sehari-hari, mulai dari listrik, membiayai dua adiknya yang sekolah, serta membayar kredit rumah Rp 78.000 per bulan di daerah Vila Sengkaling.
“Saat itu harga rumah masih sangat murah, saya membelinya dengan harga kurang lebih Rp 6 juta,” katanya. Kehidupan mereka terus baik. Ia pun membuka usaha rental komputer dengan modal dua unit komputer di Jalan Merkurius. Usaha tersebut ia telateni, hingga pada tahun 1993, rental tersebut menjadi sebuah lembaga pendidikan komputer yang sampai sekarang berada di daerah Watu Gong.
Tahun 1995, Arnold meluaskan usahanya dengan membuka toko alat-alat perkantoran. Usaha tersebut ditelateni hingga sekarang, berdiri sebuah tokoh megah di Jalan Jakarta yang awalnya hanya sederhana di daerah Watu Gong. Namun tak disangka, tahun 2003, musibah bertubi-tubi itu menimpanya.
***
Arnold kini tak ingin menjadi orang yang lupa diri. Meskipun kekayaannya sudah dikembalikan dan ia menjadi pengusaha dengan puluhan pegawai, kegiatan salat tak pernah ia tinggalkan. “Meskipun sibuk, saya dengan istri selalu berusaha untuk salat berjamaah di masjid meskipun tidak bersama-sama,” kata pria yang kini sering diundang untuk berceramah di Malang ini.
Ia masih tetap datang ke Masjid Jami’ tiap kali menjelang datang waktu salat, meskipun kantor tempat kerjanya lumayan jauh. Ia juga aktif mengikuti pengajian yang diselenggarakan di tempat itu. “Saya mendalami dan belajar agama dari ceramah-ceramah di Masjid Jami’ setiap habis Salat Maghrib dan Subuh,” sebut dia.
Setelah mendengar ceramah itu, ia pun berusaha menjalankannya, termasuk dalam urusan berdagang. Selain selalu salat berjamaah di masjid, ia tidak pernah lupa bersedekah. Baginya yang membukakan pintu rezeki manusia adalah sedekah. “Kunci dibukakannya rezeki itu adalah sedekah dan istighfar, memohon ampun kepada Allah. Itu yang saya lakukan tahun 2003 silam, waktu saya jatuh lalu,” tuturnya.
Manusia memang tidak pernah lepas dari ujian. Ketika mendapatkan musibah, maka yang harus dilakukan adalah sabar, ikhlas dan introspeksi diri dan tak perlu menyalahkan siapa-siapa. Semua pengalaman ini, kata Arnold, ia tularkan kepada semua anak-anaknya. Ia selalu berpesan agar mereka tak pernah menangis ketika memiliki masalah.
Ia mengajarkan mereka untuk tegar. Menghadapi masalah dengan wudhu, salat dan membaca Alquran. “Yang paling terpenting adalah keyakinan kita, karena Allah sebaik apa yang kita pikirkan,” ungkapnya.
0 Response to "Belajar Dari Keterpurukan, Arnold Waryanto Menjadi Jutawan Sukses"
Posting Komentar